Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin).
Ini menyangkut masalah berapa banyak oksigen tersedia untuk menyalakan bahan baker. Oksigen yang banyak menyebabkan nyala berwarna biru, sedangkan oksigen yang terbatas menyebabkan nyala berwarna kuning.
Sementara itu di bawah pengaruh panas, sebagian paraffin yang tidak terbakar terurai, antara lain menjadi partikel-partikel karbon sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran menjadi berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang, Oleh karena itu warna nyala lilin adalah kuning. Ketika partikel-partikel karbon yang berpendar mecapai bagian puncak nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk ikuyy terbakar juga. Hal yang sama terjadi pada lampu minyak tanah, api bakaran kertas, api unggun, kebakaran hutan dan kebakaran rumah, semua mempunyai warna nyala kuning. Sebabnya hanya karena udara tidak dapat mengalir cukupcepat untuk membuat bahan baker terbakar seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air.
Di pihak lain, kompor dan panggangan gas memang menggunakan bahan baker berwujud gas, jadi tidak memerlukan proses penguapan. Cara ini memudahkan bahan bakar bercampur dengan udara sebanyak-banyaknya, sehingga reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat. Karena bahan bakar di sini terbakar hampir seluruhnya, kita mendapatkan nyala yang jauh lebih panas. Nyala apinya juga jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh partikel-partikel karbon.
Ingin lebih panas lagi? Mengapa tidak mencampurkan oksigen murni, sebagai pengganti udara, dengan bahan bakar gas?Bagaimana pun. Kandungan udara dalam oksigen hanya 20%. Sebuah glassblower menggunakan penyembur api yang mencampur oksigen dengan gas alam (metana) untuk menghasilkan nyala api dengan temperature sekitar 1600 ° . Penyembur api tukang las. Mencampur oksigen dengan gas asetilena, dapat menghasilkan nyala dengan suhu sekitar 3330° C. Nyala api tersebut biru.Namun bisa juga berwarna kuning apabila setelannya kurang pas sehingga gas bahan bakar tidak mendapatkan oksigen yang memadai untuk pembakaran sempurna. Nyala kuning tersebut juga menghasilkan jelaga.
Sebatang lilin sesungguhnya sebuah mesin pembuat nyala yang sangat kompleks. Pertama, sebagian lilin harus meleleh kemudian lilin cair itu harus bisa memanjat sumbu, terus harus bisa menguap menjadi gas, dan baru setelah itu dapat terbakar-bereaksi dengan oksigen dalam udara untuk membentuk karbondioksida dan uap air. Ini proses yang sangat tidak efisien. Supaya pembakaran itu bisa efisien 100%, lilin harus dapat diubah seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air yang tidak kelihatan. Akan tetapi nyaka lilin tidak bisa mendapatkan oksigen yang diperlukannya kalau hanya mengambil dari udara di sekitarnya. Udara di sekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua parafin (lilin) yang meleleh dan menguap, yang siap utnuk dibakar.
Ini menyangkut masalah berapa banyak oksigen tersedia untuk menyalakan bahan baker. Oksigen yang banyak menyebabkan nyala berwarna biru, sedangkan oksigen yang terbatas menyebabkan nyala berwarna kuning.
Sementara itu di bawah pengaruh panas, sebagian paraffin yang tidak terbakar terurai, antara lain menjadi partikel-partikel karbon sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran menjadi berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang, Oleh karena itu warna nyala lilin adalah kuning. Ketika partikel-partikel karbon yang berpendar mecapai bagian puncak nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk ikuyy terbakar juga. Hal yang sama terjadi pada lampu minyak tanah, api bakaran kertas, api unggun, kebakaran hutan dan kebakaran rumah, semua mempunyai warna nyala kuning. Sebabnya hanya karena udara tidak dapat mengalir cukupcepat untuk membuat bahan baker terbakar seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air.
Di pihak lain, kompor dan panggangan gas memang menggunakan bahan baker berwujud gas, jadi tidak memerlukan proses penguapan. Cara ini memudahkan bahan bakar bercampur dengan udara sebanyak-banyaknya, sehingga reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat. Karena bahan bakar di sini terbakar hampir seluruhnya, kita mendapatkan nyala yang jauh lebih panas. Nyala apinya juga jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh partikel-partikel karbon.
Ingin lebih panas lagi? Mengapa tidak mencampurkan oksigen murni, sebagai pengganti udara, dengan bahan bakar gas?Bagaimana pun. Kandungan udara dalam oksigen hanya 20%. Sebuah glassblower menggunakan penyembur api yang mencampur oksigen dengan gas alam (metana) untuk menghasilkan nyala api dengan temperature sekitar 1600 ° . Penyembur api tukang las. Mencampur oksigen dengan gas asetilena, dapat menghasilkan nyala dengan suhu sekitar 3330° C. Nyala api tersebut biru.Namun bisa juga berwarna kuning apabila setelannya kurang pas sehingga gas bahan bakar tidak mendapatkan oksigen yang memadai untuk pembakaran sempurna. Nyala kuning tersebut juga menghasilkan jelaga.
Sebatang lilin sesungguhnya sebuah mesin pembuat nyala yang sangat kompleks. Pertama, sebagian lilin harus meleleh kemudian lilin cair itu harus bisa memanjat sumbu, terus harus bisa menguap menjadi gas, dan baru setelah itu dapat terbakar-bereaksi dengan oksigen dalam udara untuk membentuk karbondioksida dan uap air. Ini proses yang sangat tidak efisien. Supaya pembakaran itu bisa efisien 100%, lilin harus dapat diubah seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air yang tidak kelihatan. Akan tetapi nyaka lilin tidak bisa mendapatkan oksigen yang diperlukannya kalau hanya mengambil dari udara di sekitarnya. Udara di sekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua parafin (lilin) yang meleleh dan menguap, yang siap utnuk dibakar.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar